Hai, SVB Gengs! Istilah slang tone deaf lagi rame banget seliweran di sosmed. Banyak yang nganggap beberapa pihak “tone deaf” sama situasi di Indonesia sekarang ini. Pihak tone deaf ini ternyata gak hanya ada dan jadi fenomena di media sosial tapi juga di perusahaan loh. Di perusahaan juga banyak banget yang sering tone deaf. Jangaan dek yaa jangan jadi pihak tone deaf. Yuuuk kita baca artikel ini biar ga jadi orang kayak gituu.
Picture by Unknown on ThePiano.SG
Apa sih Tone Deaf itu?
Istilah “tone deaf” mulai viral setelah kasus pasangan public figure jadi bahan omongan netizen dan treding di media sosial. Istrinya ini bikin postingan story di Instagramnya yang flexing (pamer) kesannya hedon mulai dari pergi ke luar negeri naik jet pribadi Gulfstream, makan roti harga 400 ribu, makan telur dadar 500 ribu, sampe beli stroller mahal. Padahal situasi politik lagi gak baik – baik aja karena kontroversi keputusan DPR RI yang bisa bikin sang suami punya peluang ikut Pilkada 2024. Banyak orang juga yang sedang mengalami situasi ekonomi sulit. Akhirnya netizen menggunakan istilah ini buat menggambarkan sikap pasangan suami istri yang gak peka ini.
Tone deaf secara harfiah punya arti “tuli nada” dimana seseorang gak bisa membedakan nada/melodi dengan benar. Namun, istilah ini berkembang dan digunakan dalam banyak konteks seperti sosial dan politik.
Definisi tone deaf menurut Cambridge Dictionary, tone deaf berarti seseorang yang gak mengerti/memahami perasaan orang lain tentang sesuatu, atau apa yang dibutuhkan di situasi tertentu. Mengutip definisi menurut Merriam Webster, tone deaf adalah perilaku yang menunjukkan ketidakpekaan atau kurangnya persepsi, terutama dalam hal – hal yang berkaitan sentimen, opini atau selera publik.
Picture by Unknown on The People Development Magazine
Tone Deaf Juga Banyak Terjadi di Lingkungan Perusahaan
Tone deaf gak hanya terjadi dalam interaksi sosial informal sehari-hari atau di media sosial, tapi juga di lingkungan korporat. Di lingkungan perusahaan, pihak tone deaf bisa berasa dari berbagai level karyawan seperti entry level bahkan top-management.
Kalo tone deaf karyawan entry-level bisa kayak gini “lo mah enak, kalau gue mah…”, “ide lo kok gitu sih”, “kok makan siangnya itu mulu”, melukai perasaan teman/rekan kerja karena kurang peka secara sosial atau gak mampu untuk baca situasi. Bicara dengan cara yang dianggap sombong atau merendahkan orang lain, meskipun mungkin gak ada maksud jahat. Seringkali, mereka enggak sadar, cara mereka berkomunikasi itu nyinggung orang lain. Perilaku kayak gini bisa menimbulkan rasa enggak nyaman, frustrasi, atau bahkan bikin keretakan di antara tim, lama – lama hal ini menciptakan masalah interpersonal yang bisa menghambat kerjasama tim dan produktivitas. Males kan ya gengs kerja bareng sama orang kayak gitu.
Nah, contoh perilaku top-management level yang tone deaf yang kurang empati di kejadian sehari – hari kayak gini;
“gak jadi pulang tenggo nih, baru mau pulang kerja dikasih kerjaan,”, “ bos bikin asam lambung, jam makan siang udah lewat tapi masih ngoceh di meeting”, “baru keluar rs lsg dikejar deadline”. “lembur terus tapi gak digaji”. Gini – gini bikin harus keliatan Gwenchana in Public, tapi isi hati Shibal Sekiya *eh* maksud mindy Sarangheyoo~
Selain itu, tone deaf top-management level bentuknya bisa:
Manajemen perusahaan mengadakan rapat tahunan/pelatihan di hotel bintang lima atau melakukan perjalanan dinas ke luar kota padahal kondisi keuangan perusahaan lagi sulit/rugi. Keputusan ini bisa dianggap tone deaf karena gak sesuai sama kondisi perusahaan.
2. Menikmati fasilitas mewah disituasi sulit
Manajemen perusahaan nikmatin fasilitas mewah padahal karyawan diminta untuk berhemat/cotst savings. Perilaku kayak gini bisa bikin karyawan merasa frustrasi, marah, dan demotivasi di kalangan karyawan.
3. Tidak mau menyesuaikan diri dengan bawahannya
Pemimpin tone deaf memperlakukan semua orang dengan cara yang sama, mereka gak mau menyesuaikan leadership stylenya, mengidentifikasi dan menanggapi kebutuhan dari anggota tim. Padahal setiap individu punya kebutuhan, gaya kerja, dan tingkat self-development yang beda – beda.
Baik karyawan entry-level atau top management perlu menghindari perilaku tone deaf karena hal ini bisa menimbulkan dampak negatif di lingkungan kerja, menganggu kolaborasi tim, dan kesuksesan perusahaan secara keseluruhan. Makanya penting banget semua karyawan untuk mengembangkan keterampilan komunikasi yang baik, empati, dan pemahaman yang mendalam tentang konteks dan budaya kerja.
Peran HR Mengatasi Perilaku Tone Deaf
Peran HR buat mengatasi perilaku “tone deaf” di lingkungan perusahaan yaitu dengan berevolusi dari fungsi tradisional yang sifatnya administratif ke peran yang lebih strategis dan terintegrasi dengan keputusan bisnis. Beberapa langkah yang bisa diambil antara lain:
HR memiliki peran yang lebih besar dalam pengambilan keputusan strategis perusahaan. Ini berarti HR perlu diposisikan untuk memberikan masukan yang relevan tentang bagaimana keputusan bisnis dapat mempengaruhi kesejahteraan dan engagement karyawan. Sehingga HR bisa menyoroti potensi dampak negatif dari keputusan yang “tone deaf” sebelum keputusan tersebut diambil dan dihindari.
2. Mengidentifikasi Tantangan Bisnis dan Peluang yang Berhubungan dengan Employee Engagement
HR lebih terlibat buat mengidentifikasi tantangan dan peluang bisnis yang bisa berdampak langsung ke engagement karyawan. HR menganalisa gimana kebijakan dan praktik perusahaan apa saja yang mempengaruhi moral dan kinerja karyawan. Sehingga HR bisa mencegah keputusan yang gak peka sama perasaan dan kebutuhan karyawan, seperti pengeluaran besar buat fasilitas manajemen saat karyawan diharapkan untuk melakukan penghematan.
3. Menegakkan Integritas Perusahaan
HR harus mastiin keputusan dan kebijakan selaras sama value, budaya, dan misi perusahaan. Kalau perusahaan mengklaim peduli sama kesejahteraan karyawan, tapi ngambil keputusan yang “tone deaf,” HR berperan buat menegakkan integritas dan mastiin konsistensi antara apa yang dijanjikan perusahaan dengan apa yang dilakukan.
4. Meningkatkan Literasi Bisnis dan Keuangan
HR perlu meningkatkan pemahaman tentang bisnis dan literasi keuangan supaya bisa paham dan menganalisa kebijakan HR dengan hasil finansial perusahaan. Sehingga, HR bisa memberikan penjelasan ke manajemen atas gimana keputusan yang “tone deaf” akan berdampak negatif terhadap produktivitas, retensi karyawan, dan pada akhirnya, kinerja finansial perusahaan.
Dengan ngembangin peran ini, HR bisa lebih efektif dalam mencegah dan mengatasi perilaku tone deaf, sehingga tercipta lingkungan kerja yang lebih harmonis, inklusif, dan produktif. Penting banget untuk punya empati dan pemahaman yang baik tentang situasi dan perasaan orang lain, baik itu di entry-level dan top-management. Kalau dibiarkan tone deaf bisa menimbulkan konflik internal dan bahkan merusak reputasi perusahaan.
Nah buat kamu yang baru memulai karir, paham peran HR dalam mencegah perilaku tone deaf di perusahaan bisa jadi nilai tambah buat karirmu di masa depan looh. Mau tahu lebih banyak tentang peran dan strategi HR? Ayooo daftar kelas Exclusive HR Bootcamp dan kembangin skill yang kamu butuhin supaya sukses di dunia HR!
Daftarkan dirimu di HR Bootcamp Academy kami dan kembangin skill yang kamu butuhkan untuk sukses di dunia HR! Materi – materi yang diajarkan lengkap mencangkup talent acquisitions, learning & development, compensation & benefit, industrial relations, dan HR Business Partnering.
Kamu bisa dapat sertifikat buat nambah nilai pas seleksi lamaran kerja dan perluang networking sama fasilitator professional HR yang berpengalaman! Metode belajar di program ini berupa kelas online interaktif, kamu bisa belajar dari mana aja dengan waktu yang fleksibel, ada studi kasus penerapan teori, dan pedampingan dari fasilitator selama proses belajar. Kamu juga bisa akses video dan modul selamanya.
Gerceeep yuuuuk daftar di website, sekarang lagi diskon! Pas daftar, kamu sign up dan log in terlebih dahulu yaa. Terus masukin KODE “TONEDEAF” yaaaa. Kalau ragu feel free langsung tanya – tanya kita di Whatsapp atau DM Instagram. See you soon, SVB Gengs!
Referensi
Beeferman, Larry (May 2023). Managers: Attuned to Change but Tone-deaf to Worker Voice?.https://www.researchgate.net/publication/371038086_Managers_attuned_to_change_but_tone-deaf_to_worker_voice
Cambridge Dictionary. (n.d.). Tone deaf. In Cambridge English Dictionary. Retrieved August 28, 2024. https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/tone-deaf#google_vignette
Merriam-Webster. (n.d.). Tone deaf. In Merriam-Webster.com dictionary. Retrieved August 28, 2024. https://www.merriam-webster.com/dictionary/tone-deaf