Hai SVB Gengs! Apakah kamu tahu, bahwa perbedaan generasi ternyata mempengaruhi sikap, performa, dan ekspektasi mereka dalam bekerja?
Photo by Nick Morrison on Unsplash
Saat ini, terdapat 4 generasi yang aktif terlibat dalam dunia kerja. Mulai dari generasi Baby Boomers (1946-1960), generasi X (1961-1980), generasi Millenial (Y) (1981-1994), hingga generasi Z (1995-2010) semuanya meramaikan dunia kerja saat ini. Tiap generasi dibesarkan dengan latar belakang yang berbeda, sehingga memiliki ciri khasnya masing-masing Perbedaan karakter ini tak jarang menimbulkan kesenjangan, stereotype, dan konflik komunikasi antar generasi. Maka dari itu, penting bagi perusahaan untuk memahami dan menentukan strategi yang tepat untuk menciptakan lingkungan kerja yang harmonis bagi seluruh profil karyawan yang ada.
Nah, berkaitan dengan dunia kerja, SVB Gengs tentu tahu, bahwa karena pandemi COVID-19, dunia kerja mengalami perubahan yang luar biasa. Dulu, mayoritas dari aktivitas dan pekerjaan manusia harus dilakukan secara tatap muka. Sekarang? Tren hybrid-working dan WFH ada di semua tempat.
Dalam konteks hybrid-working dan WFH, ternyata ditemukan bahwa perbedaan generasi ini juga mempengaruhi sikap dan ekspektasi karyawan terhadap pekerjaan mereka lho, SVB Gengs. Salah satu riset yang dilakukan oleh Robert Walters (2020) menemukan bahwa, dari 5.000 partisipan yang terlibat, lebih dari 30% dari partisipan di kategori usia Gen Z menjawab bahwa mereka lebih suka untuk bekerja secara remote (WFH). Angka ini cukup tinggi apabila dibandingkan dengan persentase ketertarikan untuk bekerja secara remote dari partisipan di generasi lain (Gen Y 15%, Gen X 11% dan Baby boomers 12%). Sebagai tambahan, apabila dihadapkan dengan situasi kerja hybrid-working, sebanyak 30% partisipan dari Gen Z menjawab bahwa dari 5 hari kerja, mereka memilih untuk datang ke kantor sebanyak 2 hari saja.
Kenapa begitu ya? Yuk, kita bahas lebih lanjut terkait karakteristik dari masing – masing generasi dan bagaimana mereka menyikapi kebijakan hybrid-working & WFH!
Photo by Amy Hirschi on Unsplash
Generasi Baby Boomers (1946-1960)
Para karyawan pada generasi ini biasanya merupakan karyawan yang berada pada posisi puncak dan strategis, seperti direktur atau anggota dewan. Para Baby Boomers terkenal dengan karakter mereka yang pekerja keras, disiplin, dan berorientasi pada sasaran. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, tak jarang mereka dicap sebagai generasi yang kuno dan keras oleh generasi yang lebih muda.
Dalam menyikapi tren hybrid-working dan WFH, riset oleh Hristova (2022) menunjukkan bahwa para karyawan di generasi ini memiliki kesulitan dalam membangun koneksi di lingkungan kerja. Hanya 30% dari partisipan Baby Boomers yang merasa dua tren kerja tersebut membantu mereka dalam membangun koneksi. Selain itu, secara spesifik ditemukan bahwa sistem kerja hybrid-work dan WFH membuat para karyawan Baby Boomers merasa lebih kesepian serta tidak didengarkan oleh orang lain.
Hal ini mungkin disebabkan karena karyawan pada generasi ini sudah terbiasa dengan disiplin kerja dan interaksi secara tatap muka. Selain itu, generasi Baby Boomer bukanlah generasi yang dibesarkan oleh perkembangan teknologi. Maka dari itu, mungkin mereka mengalami kesulitan dalam beradaptasi dan menemukan kesulitan saat bekerja dalam sistem hybrid-work atau WFH.
Generasi X
Generasi X memiliki julukan middle child generation, karena jumlahnya yang lebih sedikit serta dihimpit oleh para Baby Boomers dan Millenials.Para karyawan pada generasi ini biasanya merupakan karyawan yang sudah menduduki posisi tinggi seperti senior, bahkan direktur. Untuk karakteristik, generasi X merupakan generasi pertama yang terlibat dalam perkembangan teknologi. Apabila dibandingkan dengan Baby Boomers, karyawan di generasi X lebih familiar terhadap penggunaan teknologi, lebih fleksibel, dan memiliki motivasi kerja yang lebih tinggi dari sekedar pangkat.
Dalam menyikapi tren hybrid-working dan WFH, riset oleh APQC (2016) menemukan bahwa generasi X akan menghadapi dua tren pekerjaan tersebut dengan lebih positif apabila dibandingkan dengan Baby Boomers. Mayoritas partisipan menjawab bahwa dengan adanya teknologi penunjang komunikasi dan pilihan untuk mengatur bagaimana cara mereka bekerja (tempat dan jamnya), mereka merasa bisa menjadi lebih produktif. Namun, mayoritas partisipan juga menjawab bahwa mereka lebih menyukai untuk bisa berkomunikasi dengan rekan kerjanya secara tatap muka, dan lebih fokus apabila bekerja di luar rumah.
Generasi Milenial (Y)
Millennials adalah generasi dengan persentase terbesar untuk populasi tenaga kerja sekaligus pencari kerja. Pada mayoritas perusahaan, posisi mid-level diduduki oleh para karyawan generasi Milenial. Untuk karakteristik, Milenial merupakan generasi yang dibesarkan dan mampu mengoperasikan teknologi dengan baik. Selain itu, mereka juga memiliki pemikiran yang lebih kreatif, menginginkan keseimbangan hidup dan senang untuk memiliki ruang kolaborasi dengan rekan kerja.
Dalam menyikapi tren hybrid-working dan WFH, Millenial ditemukan memiliki sikap yang cenderung positif terhadap keduanya, terutama hybrid-working. Riset oleh PwC (2022) menemukan bahwa dibandingkan generasi lainnya, 66% dari karyawan Millenial yang disurvey menjawab bahwa mereka menyukai sistem kerja yang seimbang antara bekerja dari kantor dan bekerja dari rumah (hybrid-working).
Hal ini dimungkinkan karena para karyawan di generasi ini sudah pernah bekerja secara tatap muka, tapi mereka juga menginginkan fleksibilitas dari WFH. Dengan adanya sistem hybrid-working, ini dapat membantu generasi Y untuk menciptakan keseimbangan antara kehidupan personal dan dunia kerja (work-life balance).
Generasi Z
Generasi ini merupakan generasi paling muda dalam dunia kerja saat ini. Kebanyakan dari karyawan generasi Z mulai memasuki dunia kerja di tahun 2020, dan merupakan generasi yang direkrut secara virtual. Untuk karakteristik dari Generasi Z yang paling terkenal adalah kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan teknologi, terutama internet. Ekspresi diri melalui media sosial bukanlah hal yang aneh untuk dilakukan oleh Generasi Z.
Dalam menyikapi tren hybrid-working dan WFH, riset oleh Hristova (2022) menemukan bahwa 70% dari partisipan generasi Z yang terlibat merasa bahwa proses kerja hybrid-working dan WFH telah membantu mereka dalam membangun koneksi profesional dengan rekan kerja.
Melihat hal tersebut, Chris Poole (direktur dari Robert Walters) mengatakan bahwa mungkin hal ini disebabkan oleh karyawan pada generasi ini baru mulai masuk ke dunia kerja saat tren hybrid-work dan WFH sudah mulai muncul. Jadi, sistem kerja hybrid-work dan WFH adalah sistem kerja yang dianggap normal oleh karyawan generasi Z. Mereka pun mungkin jadi lebih nyaman untuk membangun koneksi dan melakukan ekspresi diri dengan perantara teknologi yang tersedia.
Tapi, kehilangan momen kerja tatap muka ini bisa jadi masalah juga lho, karena pembelajaran yang didapat melalui bekerja langsung dengan orang lain tentu tidak dapat digantikan melalui interaksi daring. Jadi, ini merupakan hal yang harus diperhatikan oleh perusahaan berkaitan dengan Generasi Z ditempat kerja hybrid/WFH.
Setelah membaca pembahasan tentang bagaimana 4 generasi tersebut menghadapi tren kerja hybrid-working dan WFH, tentu SVB Gengs jadi paham ya, bahwa tiap generasi memiliki perspektif dan karakteristik yang berbeda. Ketika menghadapi hybrid-working dan WFH, tidak semua generasi mampu menghadapinya dengan baik. Maka dari itu, hal yang penting untuk dilakukan oleh perusahaan adalah menemukan titik tengah dan strategi yang mampu memfasilitasi kebutuhan yang ada, supaya siapa pun bisa bekerja dengan baik meski harus dihadapkan dengan sistem hybrid-working dan WFH.
Nah, buat kamu yang ingin belajar tentang penerapan budaya kerja (company culture) yang sesuai masa hybrid-working, kamu bisa belajar di SVB Academy. Ada dua kelas yang bisa kamu pilih, yaitu kelas Culture & Engagement dan Effective Communication. Di SVB Academy, kamu akan dibimbing oleh para mentor yang sudah berpengalaman di bidang hybrid-working. Di kelas ini, nanti juga akan ada sesi praktek dan konsultasinya. Jadi, pembelajarannya nggak cuma soal teori aja dan pasti bakal seru banget!
Makannya, yuk langsung aja daftar kelas seri Hybrid Working di HR Master Class! Kamu bisa langsung kontak kami melalui Instagram @svb.academy atau Whatsapp di +62877-3420-8830. Atau, kamu langsung klik https://tinyurl.com/HRMasterCls untuk lihat dan daftar kelasnya ya. Plus, tambahkan kode voucher ‘svbahybridworking!’ untuk dapatkan diskon 10%. Jadi, see you on class, SVB Gengs!
Referensi :
Preparing for the Future of Work. (2016, November 3). APQC. Retrieved September 6, 2022, from https://www.apqc.org/resource-library/resource-collection/preparing-future-work
PwC. (2022) Global NextGen Survey 2022. PwC. https://www.pwc.com/gx/en/services/family-business/nextgen-survey.html
Hristova. (2022). From Generation Z to Baby Boomers – The Impact of Hybrid Working Across the Generations. VMWare Bulgaria. https://blogs.vmware.com/bulgaria/2022/09/01/from-generation-z-to-baby-boomers-the-impact-of-hybrid-working-across-the-generations/
Robert Walters. (2020). THE FUTURE OF WORK IN UK & IRELAND FUTUREPROOFING CAREERS AND WORKFORCES. https://www.robertwalters.co.uk/content/dam/robert-walters/country/united-kingdom/files/whitepapers/the-future-of-work.pdf